The Coffee Memory; Cinta Dalam Citarasa Kopi
Saturday, December 13, 2014
The Coffee Memory adalah salah satu novel dengan tagline ‘Love Flavour’
besutan penerbit Bentang. Di antara
beberapa novel ‘Love Flavour’ yang sudah terbit, saya memilih membaca The Coffee Memory, karangan
penulis produktif Riawani Elyta. Tentu ada alasan tersendiri buat saya atas
kecenderungan ini, karena saya menyukai gaya menulis Riawani Elyta. Elyta,
begitu nama panggilannya, termasuk lihai memainkan ide yang mungkin dianggap biasa untuk
novel bergenre roman, menggarapnya dengan kekuatan diksi dan jalinan kata yang membuat pembaca tidak ingin
melewatkan satu kalimatpun.
Sesuai judulnya, of course, ini adalah
sebuah novel dengan aroma kopi yang
begitu kental. Membukanya sejak dari halaman sampul, halaman-halaman pertama
hingga halaman terakhir, aroma kopi seakan menguar dari setiap halaman The
Coffee Memory. Membacanya, meski kau tidak menyediakan secangkir kopi di sampingmu, namun ‘aroma' kopi di dalamnya akan membawamu bersama petualangan rasa dan cinta dari seorang
Dania, tokoh sentral novel ini.
Bercerita tentang seluk beluk bisnis kopi yang tak
sekadar bisnis, melalui buku ini, kau
akan belajar bagaimana seorang Andro, suami Dania, seorang pencinta kopi,
seorang barista professional, mengenalkan padamu jenis-jenis kopi dengan aneka
citarasa. Andro tidak main-main dengan
bisnis yang kopinya. Dan passion-nya terhadap kopi, menjadi kian lengkap
ketika Dania pun memiliki passion yang sama.
Bisnis Coffee Shop tidak semata soal nominal dan profit, tetapi juga di dalamnya ada passion, antusias, dan rasa tanggung jawab.
Semua nyaris sempurna; sebuah kafe yang berdiri di
kawasan elit di Batam, pelanggan setia, istri yang selalu menjadi partner
setia; sampai kemudian sebuah kecelakaan merenggut nyawa Andro, menghancurkan
mimpi-mimpi. Tinggallah Dania dengan segala kekacauan pasca-kepergian Andro.
Kehidupan Dania pun seketika menjadi sepekat warna kopi.
Sebagaimana suspensi kopi yang bercita rasa pekat, terkadang tajam dan meninggalkan secercah rasa asam di ujung lidah.
Hidup harus tetap berjalan, meski kau merasa seolah
ingin mati. Karena bagi Dania, bukan hanya hidupnya saja yang harus dipikirkan,
ada kehidupan lain yang menjadi harapannya; untuk sepasang mata bening yang
selalu memanggilnya ‘Mama’. Dania merasa
sudah saatnya untuk bangkit dan meneruskan mimpi-mimpi Andro. Tak pakai lama,
Dania mendapatkan seorang barista pengganti Andro, bernama Barry. Kiranya, Dania beruntung memilih Barry
sebagai pengganti Andro. Barry adalah
seorang pekerja yang loyal. Seiring waktu, Barry bukan hanya menjadi barista
pengganti Andro. Dia menawarkan diri
menjadi pengganti Andro dalam artian yang sebenarnya, bukan hanya sebagai
barista.
Maka Andro dan Barry adalah dua lelaki yang bukan saja sama-sama mencintai kopi, namun juga mencintai Dania tetapi di waktu yang berbeda. Bagaimanakah sikap Dania terhadap Barry?
***
Ini adalah novel roman yang minim drama, minim
konflik, sehingga alur ceritanya bergerak pelan-pelan saja. Slow but sure.
Namun Riawani Elyta mengolahnya dengan deskripsi yang detail serta diksi yang
cantik. As usual, kalimat-kalimat Riawani Elyta suka panjang-panjang dengan penggunaan
anak kalimat namun tidak lelah saat membacanya. Penulis tahu kapan saatnya kalimat
tersebut memang harus panjang sekali tanpa jeda semisal koma, dan kapan saatnya
kalimat tersebut harus dijeda dengan koma, misalnya untuk anak kalimat atau
penekanan. Misalnya:
Bagaimanapun, mereka perlu tahu kondisi keuangan
tempat mereka menggantung hidup agar tidak terlanjur berekspektasi bahwa kafe
ini mampu secara drastis menaikkan gaji mereka secara standar. (contoh kalimat
panjang tanpa dijeda tanda baca)
Saya
hanya menyarankan, mbak sebaiknya menggelar semacam, yah, katakanlah, rapat
internal dengan semua karyawan di sini, tentang upah minimum itu salah satunya.
(contoh kalimat panjang dengan jeda beberapa koma).
Berbicara soal tokoh, mungkin kali ini saya bicara soal
selera, hehehe.. Saya pribadi lebih menyukai Andro, sayangnya ia hanya ‘singgah’
sebentar dalam buku setebal 232 halaman ini. Karakter Dania yang tegas adalah
karakter yang saling melengkapi dengan karakter Andro. Dania juga digambarkan
agak kaku dan tampak kurang hangat saat beriteraksi dengan anak semata wayangnya.
Tipe perempuan yang sangat Ibu saya sekali. Melihat Dania, saya seperti
Ibu saya. Tapi, yang namanya Ibu, tentu memiliki sikap berbeda-beda dalam hal
mencurahkan kasih sayang untuk anak-anaknya.
Personally, saya berharap kejadian kebakaran bisa di-eksplore lebih jauh
dan menjadikannya bagian dari plot cerita. Apalagi penulis sudah memunculkan
tokoh yang agak-agak antagonis di sini, yaitu abang ipar Dania. Namun agaknya
penulis punya pertimbangan tersendiri kenapa akkhirnya harus ‘membuang’ tokoh
abang ipar dan memutuskan untuk tidak menguak lebih jauh akan misteri terbakarnya
kafe yang telah dirintisnya bersama Andro.
Di beberapa bagian, saya menemukan beberapa
kejanggalan atau salah tulis yang akhirnya tak bisa saya hindari
untuk saya list-kan beberapa di antaranya:
- Tentang
penamaan kafe ‘Katjoe manis’. Menemukan dua kata ‘Katjoe manis’ sebagai nama kafe milik Dania dan Andro untuk pertama
kalinya, saya tidak begitu peduli. Saya pikir itu mungkin hanya typo.
Tapi ternyata bukan typo. Memang nama kafenya adalah ‘Katjoe manis’. Ini
maksudnya tentu ‘Kayu Manis’ dalam ejaan lama, tapi bukankah seharusnya ‘Kajoe
Manis’, ya?
- Ruang 3x2 meter. Agak susah membayangkan
ruang seluas 3x2 meter yang digunakan sebagai ruang rapat. Jika hanya dipakai
untuk segilintir karyawan ‘Katjoe Manis’, mungkin tidak terlalu sempit, namun
jika beberapa kali kafe ini juga pernah dijadikan tempat pertemuan sekumpulan
orang dari lembaga, atau institusi, yang menginginkan sebuah private area,
mungkin ruangan ini agak terlalu kecil. Saya membayangkan, jika ruangan 3x2
meter dijadikan tempat sebagaimana yang ditulis di atas, maka peserta rapat
atau pertemuan akan duduk berdesak-desakan tanpa rasa nyaman. Karna
sesungguhnya ruangan berukuran 3x2 meter itu amatlah kecil. Dengan meletakan
sebuah meja di depan sebagai meja pimpinan rapat saja, hanya tersisa sedikit
ruang untuk kursi-kursi peserta rapat. Soalnya… ini persis seluas dapur saya,
yang dengan seluas itu memang terlihat kecil, sih, hehee. Yang lebih penting
lagi, bukankah biasanya rapat lembaga atau institusi akan mencari ruang yang
besar?
- Inkonsistensi
saat menuliskan kata yang bermakna konotasi. Biasanya kita sering menuliskannya
dengan tanda petik. Dalam buku ini, ada kata yang ditulis “seharusnya” (hal. 140) dan di lain
tempat ditulis ‘menebus’ (hal. 141). Keduanya berbeda dalam hal jumlah koma
tanda petiknya.
- Kalimat
yang terpotong. Di halaman 216 tertulis: Toh, rasa bersalah itu akhirnya lenyap
dengan sendirinya saat kusaksikan kini bahwa semangat yang dimiliki Andro dulu.
à bahwa semangat yang dimiliki Andro dulu… *tanda tanya*
Overall, membaca The Coffee Memory, lagi-lagi saya dibuat makin suka
dengan tulisan Riawani Elyta. Sesuai pula dengan genre bacaan favorit saya. What I can say is, buku ini recommended sekali buat
mereka yang akan dan/atau sedang merintis bisnis ‘warung’ kopi. Begitu banyak
inspirasi yang bisa didapat. Selain itu,
terdapat pula sedikit tips dalam hal meracik kopi, misalnya dua tips berikut:
- Kayu manis
pilihan, jika dimasukkan ke cairan kopi yang baru diseduh, meski seseorang
kemudian mengangkat dan menyingkirkannya, aroma dan cita rasa kayu manis ini
tidak akan meninggalkan cairan kopi.
- Andro
menyajikan kopi, setelah sebelumnya beraksi bersama coffee grinder, filter,
shaker, dan shooter, lalu menuangkan hasilnya ke dalam cangkir,
seraya menghias permukaannya dengan kemampuan lattee art-nya yang piawai
itu, dengan bantuan sebuah chopstick.
Dan quote-quote insprasi tentang kopi, di
antaranya:
“Pekerjaan barista
tidak semata soal pengetahuan dan pengalaman, tetapi di dalamnya juga ada passion
dan care. Cinta dan rasa peduli. Oleh karena itu, seorang barista juga
harus tahu persis bagaimana memperlakukan dan menghargai kopi secara layak.”
Dania, hal 42)
Dania, hal 42)
Semangat memulai bisnis, tidak selamanya antithesis akan menuai hasil sebaliknya.
Akhirnya, selamat membaca. Temukan bagaimana Riawani Elyta
akan membawamu menikmati dunia kopi dengan caramu sendiri.
12 comments
saya juga suka novel ini mba :)
ReplyDeletesaya juga sudah meresensi novel ini
http://ridhodanbukunya.wordpress.com/2013/11/05/kenangan-dalam-secangkir-kopi/
btw resensinya renyah :)
Makasih mas Ridho. segera ke tekape :D
ReplyDeleteAakk..jadi kaangen, pingin baca lgi. Ini novel terfavorit saya dari karya Mbak Riawani Elyta. Udah pernah saya resensi juga.
ReplyDeleteMungkin karena saya juga penyuka kopi, makanya suka banget dengan novel ini hehe...
Makasih mbak eky untuk review komplitnya, Makasih juga untuk koreksinya :-)
ReplyDeletesaya juga menyukai novel ini. Untuk novel yang bertema flavour, ini juaranya bersama Strawberry Surprise. Setuju juga untuk diksi yang indah. Penulis bisa menulis kisah roman tapi tetap santun. Oh ya, kata penulis, buku ini antara lain terinspirasi puisiku tentang kopi. Mau bikin reviewnya juga ah..
ReplyDeleteAwesome reviewnya,kak!
ReplyDeleteKopi itu tergantung gimna cara kita menikmatinya, ga akan pahit. Karena rasa sbatas di lidah. :D gitu,kan?hehe
Penulisnya keren,btw.
Buku ini yang bikin saya tertarik mencicipi buku seri Flavour of Love atau Love Flavour. Godaan pertamanya karena cover yang unik. Bahkan bocoran dari Bentang, sempat ada ide untuk bikin bukunya punya wangi kopi juga. Sayangnya kalau begitu akan ada tanggal expired di bukunya..(ha..ha..ngakak ngebayanginnya)
ReplyDeleteBuku ini juga termasuk buku-buku yang saya review di awal-awal saya menjadi blogger buku. He..he.. Mau coba ngintip bisa di http://atriadanbuku.blogspot.com/2013/05/the-coffee-memory.html
Sebenarnya saya merasa porsi romance di buku ini kurang banyak. Tapi ini ditutupi dengan dinamika menjadi pengusaha kedai kopi yang dituturkan dengan manis dan mengalir. (^_^)
Reviewnya enak banget dibacanya. Aku jg sudah baca buku ini, termasuk buku Mba Lyta yang kusuka.
ReplyDeleteSebenarnya diriku bukan penggemar kopi tapi baca buku ini jadi kepengin juga minum kopi. Kayanya buku neh recommed banget buat para pengemar kopi di aceh
ReplyDeletePenasaran engan sosok Dania yang kata mak "Ibu saya sekali" :D
ReplyDeletepengen bisa ngeresensi seapik dirimu ki..ahhh...
ReplyDeleteMba Dedew:
ReplyDeleteIni cuma ripiuw asal-asal mbaaak, asal apa yang terpikirkan, yo tak tulis, gitu aja resepku menulis ripiu buku, xixixiii