Negeri Lima Menara: Mantra Man Jadda Wajadda dan Perjuangan Meraih Mimpi
Sunday, December 28, 2014
Well, firstly, I’d like to say that it’s not such
of an objective book’s review as I did before. It’s just my impressions :p
Negeri 5 Menara (N5M) adalah salah satu buku booming Indonesia ke sekian yang
aku baca sekarang, bukan pada masa sedang heboh-hebohnya, bukan juga ketika
bukunya difilmkan. Sama seperti Perahu Kertas. Padahal bukunya sudah lama
sekali kubeli, flmnya juga belum kutonton.
Aku agak kelelahan membaca buku ini, mana bukunya
tebal lagi, sehingga nyaris merasa bosan di bagian-bagian awal, sambil
bertanya-tanya kapan tamat, haha… Jadi aku menyiasatinya dengan selingan
membaca buku lain, sembari menamatkan buku ini. Tebal tapi bertele-tele, itulah
kesanku ketika selesai membaca buku ini, seperti membaca diari masa kecil dan
masa remaja seseorang. Cerita masa remaja ketika tamat sekolah, melanjutkan ke jenjang
sekolah yang lebih tinggi setelah sebelumnya mengalami kegalauan hendak melanjutkan
ke sekola mana, beradaptasi dengan sekolah baru dan teman-teman baru dan
guru-guru baru dan lingkungan baru, melewati banyak cerita remaja dan kegiatan ketika masa-masa
sekolah, merangkai cita-cita, dan sebagainya, dan sebagainya, hingga tak terasa
masa-masa sekolah pun berakhir. Kita semua mengalami hal-hal yang demikian,
bukan? Bedanya, A. Fuadi mengemasnya
dalam balutan cerita anak pesantren, yang mana kehidupannya tentu berbeda
dengan kehidupan anak sekolah yang bersekolah di sekolah umum.
Banyak yang mengatakan bahwa buku ini agak-agak
mengekor Laskar Pelangi. Kenapa kata orang, karena aku belum membaca Laskar
Pelangi, hahaa…. tapi yang pasti aku sudah menonton film Laskar Pelangi,
jadi agaknya aku setuju jika dikatakan buku ini adalah epigon dari buku
tersebut. Bukan ingin ikut-ikutan membanding-bandingkan, tapi kabarnya
penulisnya memang terinspirasi dari Laskar Pelangi, maka jadilah N5M. Kalau
aku boleh menambahkan, buku ini adalah perpaduan antara Laskar Pelangi dan Harry Potter, yaitu perpaduan
cerita perjuangan anak kampung dalam meraih mimpi dan kehidupan sekolah asrama
(mulai dari pertama sekali masuk sekolah hingga pertandingan sepakbola
sebagaimana di Harry Potter).
Jika dilihat dari segi unsur-unsur yang menyertai
sebuah fiksi, aku merasa ada yang kurang pada dua hal ini. Pertama, konflik,
yang mana konfliknya terasa datar saja, jika tidak bisa dikatakan sama sekali
tidak ada konflik. Membaca 200 halaman pertama, terasa lambat dan bertele-tele.
Kedua, karakter, yang mana karakter tokohnya tidak begitu kuat. Bayangkan,
setelah hampir menamatkan buku ini, aku harus balik lagi ke halaman-halaman
belakang untuk membaca kembali karakter seorang Baso dan darimana dia berasal.
Ternyata, itu bahkan untuk semua teman Alif, hahaa… *tepok jidat :p Hanya Alif satu-satunya
tokoh yang tak kulupakan karakternya meski masih terasa goyah.
Terlepas dari itu semua, buku ini layak dinobatkan
sebagai The most Motivating Book to Achieve
the Dreams. Mantra Man Jadda Wajadda sukses membius pembaca
Indonesia; pemilik cita-cita setinggi langit, pengejar beasiswa, pembelajar
sejati; untuk bersungguh-sungguh dengan tekad yang dimiliki. Barangsiapa bersungguh-sungguh,
pasti mendapatkan hasil.
Saya ingat sekali, bagaimana akhirnya teman saya
bisa kuliah di Taiwan setelah sebelumnya sempat jatuh bangun karena gagal tes.
Semua peluang beasiswa digebernya. Cerita-cerita seperti ini adalah pemantik
semangat bagi mereka yang baru sedikit gagal lalu memutuskan untuk berhenti
sama sekali. Asyiknya lagi membaca buku ini adalah, aku tidak menemukan typo
sama sekali dan hampir di setiap lembarnya kau akan disuguhi petuah-petuah
bijak atau filososfi hidup atau pengetahuan baru dalam kehidupan santri, tetapi
jauh dari terkesan menggurui.
Sebagai motivation novel based on true story, tak lengkap rasanya jika aku tidak melengkapi catatat ini dengan beberapa quote motivasi, seperti di bawah ini:
1.
Di Madani,
agama adalah oksigen, dia ada di mana-mana (Hal 35)
2.
Menuntut
ilmu bukan buat gagah-gagahan dan bukan biar bisa bahasa asing. Tapi menuntut
Ilmu karena Tuhan semata. Karena itulah kalian tidak akan kami berikan ijazah,
tidak akan kami beri ikan, tapi akan mendapat ilmu dan kail. Ijazah PM adalah
ilmunya sendiri. (Hal. 50)
3.
Seorang
wali murid pernah memberi nasehat kepada anaknya yang sekolah di PM. Anakku,
kalau tidak kerasan tinggal di PM selama sebulan, cobalah tiga bulan, dan
cobalah satu tahun. Kalau sampai enam tahun tidak juga kerasan dan sudah tamat,
bolehlah pulang untuk berjuang di masyarakat. Ini namanya percobaan yang
lengkap. (Hal 52).
4. Awal dari
kekacauan hukum adalah ketika orang meremehkan aturan dan tidak adanya
penegakan hukum. (Hal. 74).
5. Mandirilah
maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju. I’timad ‘ala nafsi,
bergantung pada diri sendiri, jangan dengan orang lain. (Hal. 82).
7 comments
Nggak punya bukunya, tapi pernah nonton pas pengarangnya diwawancara kick andy dan langsung kagum mudah bangetnya pengarangnya dapat beasiswa kuliah ke luar negeri
ReplyDeletetes
DeleteTerima kasih
DeleteInipun buku timbunan yang udah lama kali beli, baru baca sekarang. Dipaksa dibaca lebih tepatnya, ahahahaa...
ReplyDeleteeh, kak eki template baruuu :D, lebih suka yang ini daripada yang kemarin itu kak *ditoyor
ReplyDeletesetelah laskar pelangi memang banyak buku-buku mengejar mimpi yang terbit. Tapi N5M ini masi mending daripada negeri van oranje *ups
Saya suka buku ini, santai dan enjoy saja membacanya :)
ReplyDeleteyah saya juga suka buku ini... asik bacanya..
ReplyDelete