Meusyen, Sebuah Kenangan dan Kerinduan
Wednesday, January 29, 2014
Ini adalah buku kedua yang memuat
tulisan saya setelah buku ‘Gara-Gara Jilbabku?’ Dulu saya memang produktif
menulis cerpen, tidak seperti sekarang, huhuuu…
Ada 30 cerpen yang terangkum dalam buku
ini. Penjelasan tentang buku ini, judul, tahun, dan nama-nama penulis, pernah
saya publikasikan di SINI. Buku ini terbit tahun 2007, oleh penerbit Aneuk
Mulieng, sebuah lini penerbitan dari Komunitas Tikar Pandan, Banda Aceh.
30 cerpen untuk sebuah buku antologi
memang bisa dikategorikan agak banyak. Tapi berhubung buku ini diterbitkan
setelah sebuah perlombaan menulis cerpen bergengsi se-Aceh, Lomba Menulis se-Aceh
dengan tema Perdamaian, dan juga karena
sebagian cerpen tidak panjang-panjang kecuali cerpen saya, maka ketebalan buku
tidak termasuk kategori buku yang cukup tebal. Tentu saja, tidak ke-30 cerpen
yang menjadi pemenang seperti juara satu-dua-tiga dan juara harapan, namun
setidaknya sudah menjadi pemenang karena cerpen mereka dimuat dalam sebuah
buku. Selain menampilkan cerpen-cerpen juara satu sampai tiga dari
masing-masing kategori (mahasiswa dan siswa), pihak penerbit memutuskan untuk
menampilkan 30 cerpen terbaik untuk masing-masing kategori.
30 cerpen ini ditulis oleh 30 orang. 15
cerpen kategori mahasiswa dan 15 lagi dari kategori siswa. Cerpen saya ada di
deretan cerpen kategori mahasiswa. Ya, tahun 2007 saya masih menjadi mahasiswa di
sebuah universitas negeri terkemuka di Banda Aceh. Ini menjadi kebanggaan tersendiri buat saya,
karena selain nama saya yang tertera dengan manis di sampul depan buku ini,
juga tertera di sampul belakang buku. Meski posisinya di belakang, namun inilah
posisi yang istimewa. Pasalnya, dua nama
yang tertera di belakang ini hanya diperuntukkan untuk juara satu untuk masing-masing
kategori. Yeah, ini ceritanya saya agak
sedikit bernostalgia dengan kemenangan masa lalu, hahaa…
Dari semua cerpen, hanya cerpen saja
yang agak panjang. Di komputer saya, cerpen saya yang berjudul ‘Menunggu Ayah
Pulang’ tersebut berjumlah 15 halaman dengan spasi ganda. Aslinya, cerpen tersebut
berjumlah 30 halaman, namun pada saat saya mengikutkannya untuk kompetisi ini,
saya memangkasnya menjadi 15 halaman. Saya kira, 30 halaman bukanlah cerita
pendek, tapi cerita yang menuju panjang, hahaa… Bayangkan, bagaimana perasaan
saya harus membuang 15 halaman. Membuang setengah yang berarti banyak yang
harus saya ‘korbankan’, di antaranya ‘mengorbankan’ beberapa tokoh dan mengubah
plot cerita. Tapi perasaan ‘tak rela’ saya di awal, tergantikan dengan hasil
yang manis saat panitia mengumumkan nama-nama pemenang di sebuah surat kabar
terkemuka di kota saya. Alhamdulillah.
Bagi yang ingin membaca cerpennya,
silakan ke tautan INI. Saya sudah memuat cerpen saya di buku ini di blog
personal saya. Semoga menginspirasi.
2 comments
Jadi kepengen punya bukunya.. ini ada di toko buku nggak kak? atau bisa dapat dari mana? hehehe
ReplyDeleteWah Cut maaf baru lihat komennya.
ReplyDeleteAda dijual cut, tapi cuma di toko buku Dokarim di Banda Aceh, hehee...